Candu (2)

Kecanduan tidak hanya berkaitan dengan zat-zat adiktif, namun juga berkaitan dengan kegemaran-kegemaran duniawi lainnya. Baik yang asalnya halal, atau yang haram.

Kita ambil “kopi” sebagai perumpamaan. Katakanlah ada orang yang begitu gemarnya dengan kopi seolah-olah dedikasi hidupnya untuk kopi. Hatinya kadang tidak tenang kalau terlewat satu hari tanpa ngopi. Seiring berjalannya waktu,mulailah dia tidak puas dengan kopi yang biasa dia minum. “Sakau” kopi. Dia pun mulai coba-coba berbagai jenis kopi, varian minuman kopi, teknik menyeduh kopi. Atau coba-coba brand kopi yang lebih mahal. Karena buat dia yang sudah biasa sudah tidak memuaskan lagi. Apalagi kalau sudah mencoba kelas yang lebih tinggi, lalu suatu waktu mencoba kelas yang lebih rendah, mungkin baginya seperti sampah. Tidak masalah kalau harus keluar uang lebih. Bahkan kalau perlu dia hutang, atau menjual aset-aset pribadi. Kalau sudah parah, aset orang lain pun dia jual. Yang penting “sakau”-nya hilang.

Contoh di atas tentu hanya perumpamaan yang hiperbolik. Dilebih-lebihkan. Hanya untuk menggambarkan karakter kecanduan saja. Rasanya tidak ada orang yang sampai segitunya kalau masalah kopi. Atau jangan-jangan ada? Wallahu a’lam.

Yang jelas: silakan ganti kopi di atas dengan topik kesenangan duniawi lainnya. Mulai dari dianggap orang “halal”, seperti travelling, kuliner, video games, musik, film, fashion, mancing, motor, mobil, dsb. Atau yang sudah jelas-jelas haram, seperti judi, miras, zina, dsb. Maka akan karakter kecanduan bisa ditemukan dalam hal-hal itu: Tidak tenang dan gelisah jika tidak merasakan apa yang dia senangi. Lambat laun akan menuntut sesuatu yang lebih karena yang biasanya sudah tidak memberi kenikmatan lagi.

Insya Allah bersambung.

#candu#catatanharian